Pengertian Resesi Penyebab Dampak dan Cara Mengatasinya

foto : jokowi dalam resesi ekonomi

Pengertian resesi – Pengertian, penyebab, dampak dan cara mengatasinya

Resesi merupakan suatu keadaan kondisi perekonomian suatu negara yang sangat ditakuti dan menjadi momok bagi setiap negara di seluruh dunia ini. Semua negara mencoba dengan sekuat tenaga untuk mencegah supaya tidak terjadi resesi. Sebenarnya, apa itu resesi? Apa penyebab terjadinya? Dan bagaimana dampaknya? Mari kita simak penjelasan dalam artikel di bawah ini.

Resesi ekonomi adalah kondisi penurunan produk domestik bruto (GDP) suatu negara selam lebih dari dua kuartal dalam setahun sehingga pertumbuhan ekonomi riilnya bernilai negatif. Hal ini dapat memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran bahkan bisa membuat bangkrut suatu negara. Seperti yang terjadi saat ini di negara Asia Selatan Sri Langka. Negara tersebut mengalami krisis ekonomi yang luar biasa disebabkan karena resesi akibat pandemi covid-19 dan diperparah oleh perang Rusia dan Ukaraina.

Fenomena ini juga kita rasakan pada tahun 2020 lalu saat awal pandemi covid-19. Resesi ini menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan dan UMKM bertumbangan gulung tikar. Berbagai stimulus ekonomi dijalankan pemerintah kita melalui program pemulihan ekonomi. Meskipun kondisi saat ini sudah relatif kembali normal, kita juga perlu mengetahui hal-hal tentang resesi sebelum menjhalankan bisnis.

Penyebab Resesi Ekonomi

Pemicu terjadinya resesi adalah hal-hal terkait ekonomi dan teknologi. Faktor ini saling berkaitan satu sama lain. Untuk lebih jelas mari kita ulas.

1.      Guncangan Ekonomi

Guncangan perekonomian seperti yang disebabkan oleh wabah covid-19 merupakan salah satu penyebab resesi Indonesia. Hal ini ditandai dengan lemahnya daya beli akibat kesulitan finasial masyarakat maupun perusahaan.

2.      Tingginya  suku bunga

Kemudian, penyebab resesi selanjutnya adalah tingginya suku bunga. Di satu sisi, nominal yang tinggi berfungsi melindungi mata uang supaya tetap stabil dan menguat, namun hal ini juga menyebabkan debitur terbebani dan menyebabkan kredit macet. Jika terjadi secara besar-besaran, maka dapat menyebabkan perkankan kolapsnya perbangkan.

3.      Kehilangan kepercayaan dai Investor

Salah satu hal yang sangat penting dalam perekonomian dalam perkembangan adalah investasi. Oleh sebab itu, perlu adanya iklim investasi yang kondusif dan stabilisasi dari ekonomi dan politik supaya tetap mendapatkan kepercayaan investor. Jika investor kehilangan kepercayaan dan menarik dana investasinya, perekonomian bisa jatuh bahkan parahnya bisa lumpuh, daya beli melemah, PHK massal, dan tindak kriminal pun meningkat.

4.      Infalasi

Kemudian, salah satu penyebab resesi adalah Inflasi. Sebenanrnya inflasi ini bukanlah sesuatu yang sangat buruk, namun inflasi yang berlebihan masuk ke dalam kategori berbahaya yang bisa menyebabkan resesi.  Inflasi sendiri artinya adalah kenaikan harga barang secara terus-menerus secara umum dan berlangsung cukup lama.

5.      Deflasi Berlebihan

Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi dapat memberikan dampak yang lebih buruk. Deflasi merupakan kondisi saat harga turun dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.

6.      Gelembung Aset

Merupakan salah satu faktor penyebab resesi. Banyaknya investor yang panik biasanya akan segera menjual sahamnya yang kemudian memicu resesi. Hal ini disebut juga sebagai “kegembiraan irasional”. Kegembiraan ini menggembungkan pasar saham dan real estate. Hingga akhirnya gelembung tersebut pecah dan terjadilah panic selling dapat menghancurkan pasar yang kemudian menjadi penyebab resesi.

7.      Guncangan ekonomi mendadak

Guncangan ekonomi mendadak dapat memicu resesi jika fundamental ekonomi suatu negara tidak kuat. Hal ini bisa menimbulkan masalah yang sangat serius, mulai dari tumpukan hutang yang secara individu maupun perusahaan. Banyak hutan yang dimiliki kemudian otomatis membuat biaya pelunasan juga membengkak. Biaya dalam melunasi hutang tersebut lama kelamaan akan meningkat ke titik dimana mereka tidak dapat melunasinya lagi.

8.      Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

Siapa yang menyangka bahwa perkembangan IPTEK ini menjadi salah satu penyebab resesi. Ya, dengan kemajuan teknologi tenaga kerja dapat digantikan dengan mesin atau robot. Revolusi ini dinamakan dengan revolusi Industri kemudian membuaat seluruh profesi menjadi usang, dan memicu terjadinya reseis. Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa Artificial Intelegence (AI) dan robot akan menyebabkan resesi lantaran banyak para pekerja kehilangan mata pencahariannya.

9.      Indikator suatu negara mengalami resesi

Krisis ekonomi Uni Eropa di tahun 2008-2009 sempat mengakibatkan 17 negara di kawasan tersebut memasuki masa resesi, seperti pada Prancis, Spanyol, Irlandia, Greece, Portugal, Republik Siprus, dan Italia.

10.  Ketimpangan Produksi dan Konsumsi

Keseimbangan konsumsi dan produksi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka terjadilah masalah dalam siklus ekonomi. Tingginya produksi yang tidak dibarengi dengan konsumsi akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang.

Namun rendahnya konsumsi sementara kebutuhan kian tinggi akan mendorong terjadinya impor. Hal ini kemudian akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.

11.  Pertumbuhan ekonomi merosot selama dua kuartal berturut-turut

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat begitu pula sebaliknya. Bruto,sebagai acuan produk. Jika produk domestik bruto mengalami penurunan maka dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.

12.  Nilai Impoer lebih besar dari Ekspor

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat begitu pula sebaliknya. Bruto,sebagai acuan produk. Jika produk domestik bruto mengalami penurunan maka dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.

13.  Inflasi atau Deflasi yang tinggi

Harga-harga komoditas yang melonjak terlalu tinggi hingga tak lagi dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, utamanya bagi kelas ekonomi menengah ke bawah. Kondisi ekonomi akan kian terpuruk jika tidak juga diikuti dengan daya beli masyarakat yang tinggi.

Tak hanya inflasi yang berpengaruh kepada resesi, deflasi pun demikian. Harga komoditas yang menurun drastis kemudian akan mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan yang juga menurun. Akibatnya, biaya produksi tidak lagi tercover dengan baik dan menyebabkan volume produksi yang kian merendah.

14.  Tingkat Pengangguran Tinggi

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang berperan penting dalam penggerak perekonomian. Jika suatu negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang berkualitas bagi para tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran meningkat. Resikonya adalah tingginya tingkat kriminal guna memenuhi kebutuhan hidup.

Langkah-langkah mencegah Terjadinya Resesi

Indonesia tengah berjuang agar tidak masuk ke jurang resesi ekonomi sebab beberapa negara lainnya telah mulai memasuki gelombang resesi seperti pada Singapura dan Korea Selatan. Berikut ini beberapa Langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah terjadinya resesi:

1. Belanja Pemerintah Besar-Besaran

Pemerintah berencana melakukan belanja besar-besaran untuk menghadapi ancaman resesi sehingga permintaan dalam negeri meningkat dan dunia usaha tergerak untuk berinvestasi. Dengan cara ini, maka kontraksi ekonomi akibat efek domino Covid-19 dapat diredam.

Belanja pemerintah sendiri menjadi salah daya ungkit yang digunakan untuk memulihkan perekonomian di saat krisis akibat pandemi Covid-19 ini melanda. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia sendiri tercatat hanya berkontribusi kurang lebih 14,5 pada PDB negara.

2. Bantuan UMKM

UMKM menjadi salah satu sektor dengan kondisi paling berat akibat pandemi Covid-19. Pemerintah kemudian menyiapkan berbagai program untuk mengungkit sektor ini agar Kembali bergeliat. Setelah sebelumnya mengeluarkan kebijakan restrukturisasi dan subsidi bunga kredit bagi para UMKM.

Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi kemudian juga menyiapkan dua program lain, yaitu bantuan UMKM produktif dan kredit berbunga rendah. Program bantuan ini ditunjukkan dalam bentuk grant dan bukan pinjaman.

Bantuan tersebut diharapkan tak hanya dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari, melainkan juga untuk memulai usaha. Program tersebut menyasar hingga 12 juta pelaku UMKM. Tak hanya itu bantuan ini juga akan difasilitasi ke sejumlah program kredit berbunga rendah dengan target para pengusaha, khususnya yang terkena pemutusan hubungan kerja dan pemilik usaha rumah tangga. Program ini direncanakan terintegrasi dengan program bantuan UMKM produktif.

3. Penempatan Dana di Perbankan dan Penjaminan Kredit Modal Kerja untuk Korporasi

Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah untuk memutar kembali roda ekonomi, antara lain dengan melakukan penempatan dana di perbankan. Kemudian para bank sudah menyalurkan dana tersebut dalam skala yang cukup besar.

Pemerintah juga telah meluncurkan berbagai program penjaminan pemerintah kepada korporasi padat karya dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Perbankan kemudian menandatangani perjanjian penjaminan terutama pada sektor padat karya yang merupakan sektor yang banyak memiliki pekerja.

Fasilitas penjaminan kredit modal ini ditujukan bagi para pelaku usaha korporasi yang memiliki usaha ekspor padat karya dengan karyawan minimal 300 karyawan. Pelaku usaha korporasi yang dijamin tidak termasuk kategori BUMN dan UMKM, dan tidak termasuk dalam daftar kasus hukum dan tuntutan kepailitan serta memiliki performing loan lancar sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

Besaran tambahan kredit modal ini sendiri bernilai antara Rp 10 miliar sampai dengan Rp 1 triliun. Skema penjaminan adalah porsi penjaminan sebesar 60 persen dari kredit, namun untuk sektor-sektor prioritas porsi yang dijamin sampai dengan 80 persen dari kredit.

Selanjutnya, pemerintah menanggung pembayaran imbal jasa penjaminan sebesar 100 persen atas kredit modal kerja sampai dengan Rp 300 miliar dan 50 persen untuk pinjaman dengan plafon Rp 300 miliar sampai Rp 1 triliun. Skema penjaminan direncanakan berlangsung hingga akhir 2021 dan diharapkan dapat menjamin total kredit modal kerja yang disalurkan perbankan hingga Rp 100 triliun.

Ciri-Ciri Resesi Ekonomi

Setelah mengetahui pengertian dan penyebabnya, Anda juga perlu melihat gejala ketika fenomena ini terjadi. Nah, ciri-ciri resesi ekonomi adalah sebagai berikut.

  1. Impor Lebih Besar Dibanding Ekspor
    Ciri yang pertama adalah impor yang lebih banyak dibanding ekspor.Ketika suatu negara lebih banyak mendatangkan berbagai kebutuhan dari luar negeri, maka akan beresiko pada defisit anggaran. Akibatnya, pendapatan nasional menurun dan berimbas pada resesi.
  2. Pertumbuhan Ekonomi Melemah Hingga 2 Kuartal Berturut-Turut
    Melemahnya pertumbuhan ekonomi hingga dua kuartal berturut-turut merupakan indikasi suatu negara mengalami kemerosotan finansial. Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh ketidakstabilan investasi, konsumsi, pendapatan nasional, pengeluaran, dan ekspor-impor. Jika ini terjadi, maka resesi sulit untuk dihindari.
  3. Produksi dan Konsumsi Tidak Seimbang
    Jika jumlah produksi jauh di atas tingkat konsumsi, maka terjadi penumpukan stok barang. Namun konsumsi yang lebih banyak dibanding produksi juga bisa mendorong impor besar-besaran. Jika hal ini terjadi, pengeluaran akan membengkak dan laba perusahaan dalam negeri menipis. Hal ini tentu memicu resesi.
  4. Lapangan Kerja Menurun
    Ketika jumlah lapangan kerja berkurang, maka secara otomatis, akan ada semakin banyak pengangguran. Selain menunjukkan lemahnya ekonomi, kondisi ini juga dapat memicu kriminalitas.

Semakin banyak tindakan kriminal yang terjadi, tatanan sosial dan keamanan pun akan goyah. Jika hal ini dibiarkan, investor dapat kehilangan kepercayaan untuk menanam modalnya lagi.

Dampak Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi adalah fenomena global yang dampaknya dapat dirasakan oleh hampir semua kalangan, diantaranya sebagai berikut.

Pemerintah

Resesi menyebabkan pendapatan negara yang bersumber dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah, hal ini karena penghasilan masyarakat menurun, dan harga properti pun anjlok. Hal ini memicu rendahnya jumlah PPN ke kas negara.

Meningkatnya pengangguran juga membuat pemerintah harus membuka lapangan kerja sebanyak mungkin. Padahal, pendapatan negara sedang merosot. Akibatnya, jumlah pinjaman ke bank asing akan meningkat.

Perusahaan

Resesi adalah salah satu faktor kebangkrutan bisnis. Ketika suatu perusahaan gulung tikar, pendapatan akan menurun gratis sehingga memicu PHK dan penurunan penghasilan pegawai. Jika hal ini terjadi, daya beli semakin melemah dan jumlah permintaan tentu berkurang drastis.

Pekerja

Salah satu pihak yang terkena dampak resesi ekonomi adalah pekerja. Selama perekonomian lesu, mereka terancam kehilangan pendapatan utama. Apalagi jika terkena PHK, mereka akan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dampaknya pun tak hanya bagi perekonomian pribadi, namun juga kestabilan sosial dan iklim investasi suatu negara.

Mungkin hanya itu pada kesempatan kali ini tentang pengertian Resesi dari halaman okanedinero.com, semoga kita semua dapat memahami tentang resesi dan dapat mencegahnya minimal berjaga-jaga untuk diri sendiri pada saat terjadinya resesi ekonomi.

Posting Komentar

1 Komentar

AKSI BERBAGI KEBAIKAN mengatakan…
terimakasih atas infonya